Senin, 21 Mei 2012

Lipatan Ombak Pantai Ketawang
















.........hemmmmm

"yang penting tak usahlah berbohong...?"


kuingat itu ,....Nur!


sebuah katarsis

dari perjalanan Kutoarjo - Ketawang

di atas dua roda berputar

yang membawa badan besar

kita berdua


kau bercerita

tentang desa

yang ada di kiri kanan

juga tentang itu jalan



dari stasiun kau jemput aku

lalui debat-debat yang jernihkan mataku

pada siku-siku dinding batu di sepanjang waktu



sebab

melulu begitu dibaluti lapis kasta yang dulu


namun, lain dengan dulu


ketika kau bercerita tentang lipatan ombak

yang berlapis-lapis meninggi bak dinding kristal

mengejar-kejar asa itu lalu pecah bersama pelukis alam

yang tak bergelar di bibir pantai , entah mendekat ketika

di atas kereta berkuda menunggu senja



ada senandung

yang amat terasa tatkala

sampiran itu menjadi nyata

tentang dekilnya para pemilik sastra

yang bertudung kasta

bersemayam di langit-langit gajahmada



di ufuk barat tampaknya mentari enggan

cuma secuil meniris di sudut peraduan

begitu tak enggan jua melukis rawan

dalam legenda mistis ratu pantai selatan



ada jenggala yang sedikit menghijau

rindang di punggung bukit ,

memerah ditiris cahaya mentari

ketika ceramah ombak membayang semua sisi

langit yang di balut selendang mitologi





"...tak usahlah berbohong !"




pada samudera yang menjejal ombak

hingga landai pantai yang bertapal

mengisah Purworejo antara Kutoarjo dan Ketawang



sebab, rindu terjalnya ombak yang meninggi

bak dinding kristal , mengental, lalu sangsi

ketika pantai mengecup ombak

dan memeluk tubuhnya


akulah dinding lipatan ombak petang di bibir Ketawang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar